KARATEKA - DAN I

Foto saya
banjarmasin, kalimantan selatan, Indonesia
Terlahir sebagai RAHMATULLAH putra dari GERAHAN. Amuntai 03 april 1983. PELATIH KARATE INKANAS SABILAL MUHTADIN BANJARMASIN. SEKRETARIAT : jl jend sudirman NO 1 Komplek masjid raya sabilal muhtadin. HOTLINE: 085248479213 - 081933790113.

Rabu, 14 Desember 2011

Karate Shotokan

Gichin Funakoshi
Gichin Funakoshi, 1955 Lahir 10 November 1868 Shuri, Kerajaan Ryukyu Meninggal dan sebab kematian 26 April 1957 (umur 88) Tokyo, Jepang Nama lain Shoto (gelombang pinus) Seni bela diri yang diajarkan Karate Shōrei-ryu, Shōrin-ryu, dan Shotokan Guru Ankō Asato, Ankō Itosu Peringkat Dan 5 karate (dan tertinggi waktu itu) Murid Terkenal Hironori Ōtsuka, Gigō Funakoshi (putranya), Isao Obata, Shigeru Egami, Teruyuki Okazaki, Masatoshi Nakayama, Hidetaka Nishiyama, Tsutomu Ohshima Gichin Funakoshi (船越 義珍 Funakoshi Gichin?, lahir di Shuri, Okinawa, 10 November 1868 – meninggal 26 April 1957 pada umur 88 tahun) adalah pencipta aliran karate Shotokan yang merupakan salah satu dari aliran utama karate, dan sekaligus dianggap sebagai "bapak karate modern".[1] Funakoshi mengikuti ajaran dari guru bernama Ankō Itosu hingga menjadi salah satu master karate Okinawa yang mengajarkan karate kepada penduduk kepulauan utama Jepang pada tahun 1921. Ia mengajar karate di berbagai universitas di Jepang, dan diangkat sebagai ketua kehormatan Asosiasi Karate Jepang ketika baru didirikan pada tahun 1949. Karier Gichin Funakoshi dilahirkan di Shuri, Okinawa sekitar tahun 1868 ketika Jepang sedang berada dalam zaman Restorasi Meiji. Kedua orangtuanya adalah penduduk asli Okinawa yang memakai nama keluarga Tominakoshi. Ayahnya bernama Gisu. Setelah masuk sekolah dasar, Gichin bersahabat baik dengan putra Ankō Asato, seorang master karate dan kendo yang nantinya menjadi guru karate pertamanya. Keluarga Funakoshi sangat menentang undang-undang yang mengharuskan orang untuk memotong rambut yang ditata dengan model rambut chonmage. Seperti halnya biksu, dokter pada zaman Meiji memang tidak dibenarkan menata rambut dengan model chonmage. Keputusan untuk tidak mau memotong rambut, mengakibatkan Funakoshi tidak diizinkan masuk sekolah kedokteran, walaupun dirinya sudah lulus ujian masuk. Sebagai orang terpelajar yang terdidik dalam sastra Cina Klasik serta filsafat Jepang, Funakoshi bekerja sebagai asisten guru di Okinawa. Pada waktu itu pula, hubungan dirinya dengan keluarga Asato menjadi semakin dekat. Ia mulai sering bepergian pada malam hari ke rumah kediaman keluarga Asato untuk menerima pelajaran karate dari Ankō Asato. Karate Shotokan Funakoshi menguasai kedua aliran karate Okinawa yang populer pada waktu itu, Shōrei-ryu dan Shōrin-ryu. Aliran karate yang didirikannya diberi nama Shotokan yang berasal dari nama pena Funakoshi, Shoto yang berarti gelombang pinus (gerakan daun-daun pinus ketika angin bertiup). Selain sebagai master karate, Funakoshi adalah seorang filsuf dan penyair yang produktif. Ia sering diberitakan berjalan hingga jauh sekali di dalam hutan untuk bermeditasi dan menulis puisi.[4] Kan berarti aula latihan atau rumah, sehingga Shotokan berarti rumah Shoto. Nama aliran karate ini diciptakan oleh murid-murid Funakoshi yang memasang plang nama bertuliskan Shoto kan di atas pintu masuk dojo tempat mereka berlatih. Pada akhir 1910-an, Funakoshi telah memiliki banyak murid, di antaranya dianggap mampu untuk meneruskan ajaran sang guru. Funakoshi sendiri melanjutkan usahanya untuk menyebarluaskan karate Okinawa, dan berkelana ke kepulauan utama Jepang pada tahun 1922. Pada tahun 1939, Funakoshi mendirikan dojo Shōtōkan yang pertama di Tokyo. Ia juga mengubah sebutan untuk seni beladiri yang diajarkannya, dari tōte (唐手?) yang terdiri dari dua aksara kanji: 唐 (tō, kara; Dinasti Tang atau Cina) dan 手 (te, tangan) menjadi karate (空手?, tangan kosong). Keduanya ditulis dengan aksara kanji yang berbeda, walaupun sebetulnya 唐手 dapat dibaca secara kun'yomi sebagai karate. Funakoshi percaya bahwa istilah baru yang diciptakannya tidak akan menimbulkan kesalahpahaman bahwa karate berasal dari seni bela diri Cina. Di Tokyo, Funakoshi mendirikan Asosiasi Karate Jepang (JKA) pada 1949, dan diangkat sebagai ketua kehormatan. Ia tetap tinggal di Tokyo hingga tutup usia pada tahun 1957. Peninggalan Funakoshi menerbitkan sejumlah buku mengenai karate, termasuk autobiografi Karate-Do: My Way of Life. Peninggalan terpentingnya berupa sebuah dokumen yang berisi filsafat latihan karate yang sekarang disebut niju kun atau "20 Prinsip Karate". Prinsip-prinsip tersebut merupakan dasar pemikiran bagi semua murid Shotokan, dan diterbitkannya dalam buku berjudul The Twenty Guiding Principles of Karate. Di dalam buku ini , Funakoshi menerangkan 20 prinsip yang harus dipatuhi murid karate agar dapat "menjadi manusia yang lebih baik". Karate-Do Kyohan "The Master Text" karya Funakoshi hingga kini tetap merupakan buku yang paling lengkap, berisi penjelasan tentang sejarah, dasar-dasar, kata, dan kumite. Monumen peringatan
Gichin Funakoshi sedang latihan dengan makiwara, tahun 1924. Monumen untuk Gichin Funakoshi didirikan oleh Shotokai di sebuah kuil di Kamakura bernama Engaku-ji pada 1 Desember 1968. Batu ini dirancang oleh Kenji Ogata dan bertuliskan kaligrafi karya Funakoshi dan biksu kepala bernama Sōgen Asahina (1891-1979). Pada batu monumen ini bertuliskan prinsip kedua dari 20 Prinsip Karate, "Karate ni sente nashi" ("Tidak ada serangan pertama dalam karate"). Di sebelah kanannya terdapat batu bertuliskan puisi yang ditulisnya ketika dalam perjalanan ke Jepang pada tahun 1922. Batu kedua berisi tulisan yang dibuat oleh Nobuhide Ohama, dan diterjemahkan sebagai: “ Sensei karate-do Funakoshi Gichin dilahirkan di Shuri Okinawa pada 10 Juni 1870. Sejak sekitar usia sebelas tahun, ia mulai belajar tō-te jutsu dari Azato Anko dan Itosu Anko. Ia berlatih dengan rajin dan pada tahun 1912 diangkat sebagai ketua Shobukai Okinawa. Pada Mei 1922, ia pindah ke Tokyo dan menjadi sensei profesional karate-do. Ia mengabdikan seluruh hidupnya bagi pengembangan karate-do. Ia hidup hingga usia delapan puluh delapan tahun, dan meninggalkan dunia ini pada 26 April 1957. Sambil melakukan reinterpretasi to-te jutsu, Sensei menyebarluaskan karate-do tanpa menghilangkan filsafat aslinya. Seperti halnya bugei (seni bela diri klasik), puncak dari "mu" (pencerahan) adalah: untuk memurnikan dan membuat seorang menjadi kosong melalui transformasi dari jutsu ke do. Melalui kata-kata terkenalnya, "Karate ni sente nashi" ("Tidak ada serangan pertama dalam karate") dan "Karate wa kunshi no bugei" ("Karate adalah seni bela diri orang bijaksana), Sensei membantu kami untuk mengerti makna jutsu secara lebuh baik lagi. Kami, para murid setia, dengan maksud memperingati jasa dan kontribusinya sebagai perintis karate-do modern, membentuk Shotokai dan mendirikan monumen ini di Enkakuji. "Kenzen ichi" ("Kepalan dan Zen adalah satu").

Master Gichin

Kihon

1. Pukulan dengan kepalan - Jodan Tzuki : pukulan lurus ke arah muka - Gedan Tzuki : pukulan lurus arah vital - Chudan Tzuki : pkulan lrus arah ulu hati/rusuk/tengah - Sambon Tzuki : pukulan lurus scra bergantian ke arah wajah, ulu hati, vital ... - Gyaku Tzuki : pukulan lurus ulu hati yg berlawanan dgn lngkah kuda2 - Mawashi Tzuki : pukulan arah pelipis/rahang/lambung dri arah luar - Mawashi Chuki : pkulan arah pelipis/rahang/lambung dari arah luar ke dlm dgn kepalan tgn Nugite : Pukulan dgn jari-jari tangan Shuto : Pukulan dengan Pedang Tangan Pukulan dengan Siku - Hiji jodan Ate : pkulan dgn ujung siku ke arah dagu dri bawah ke atas - Hiji chudan ate : pkulan dgn ujung siku ke arah ulu hti - Hiji Oroshi Uchi : pukulan siku ke arah ubun2 dri bawah ke atas - Empi : pkulan dgn siku ke arah kpala dri arah luar ke dalam Jenis -jenis tangkisa (Uke) - Jodan Uke/Age uke : tangkisan guna menghindari pukulan arah wajah - Gedan Uke/Gedan barai : Tngkisan utk menghindari pukulan arah vital atau srngan yg rendah - Chudan uke/Choku uke : tngkisan untuk menghindari pukulan arah tengah atau ulu hati Jenis - jenis tendangan (Geri) - Mae geri : tendangan lurus ke depan - Mae geri kekomi : tendangan lurus ke depan arah ulu hati - Mae geri Kiage : tendangan lurus ke depan arah wajah - Yoko geri : tendangan lurus menyamping diikuti dgn gerkan pisau kaki - Yoko geri kekomi : tndangan menyamping ke arah ulu hati atau tulang rusuk - Yoko geri Kiage : tndangan mnyamping ke arah leher atau wajah - Mawashi Geri : tendangan yg diayunkan dri arah luar ke dalam